BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan
dengan jumlah orang yang mencapai usia tua telah menjadi masalah besar bagi
pelayanan psikiatri. Lebih banyak orang hidup sampai tua, dimana mereka
berisiko untuk demensia serta lebih sedikit orang muda ada untuk merawatnya.
Proses penuaan secara normal membawa perubahan mental maupun fisik. Penurunan
intelektual mulai terlihat pada dewasa muda, dan semakin jelas pada usia tua.
Kesulitan mengingat berbentuk lambatnya dan buruknya daya ingat, lupa senilis yang
ringan biasanya lupa nama atau hal lain yang relative tidak penting. Penuaan
juga melibatkan perubahan sosial dan psikologi.
Penuaan
fisik dan pensiun dari pekerjaan menimbulkan penarikan diri bertahap dari
masyarakat sejalan dengan itu terjadi penyempitan minat dan pandangan
ketakmampuan menerima pemikiran baru, kecenderungan memikirkan hal yang lampau
dan mempunyai pandangan konservatif.peruabahan ini semakin cepat pada orang tua
yang menderita penyakit mental. Penyakit mental pada orang tua sangat bervariasi,
maka terjadilah masalah besar, seperti masalah social dan ekonomi maupun medis
yang muncul akibat demensia senilis dan demensia multi infark.penyakit ini
sering terjadi bahkan meningkat karena populasi orang tua bertambah dan tidak
tersedianya tindakan pencegahan atau pengobatan. Banyak orang tua yang
menderita demensia juga menderita penyakit fisik penyerta lain.
Lanjut usia atau lansia identik dengan demensia atau pikun dan perlu diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti yang dialami oleh lansia dengan demensia.
Lanjut usia atau lansia identik dengan demensia atau pikun dan perlu diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti yang dialami oleh lansia dengan demensia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa
pertanyaan terkait pemakaian alat kontrasepsi kondom, yaitu:
1. Bagaimana konsep medis dari demensia?
2. Bagaimana asuhan keperawatan dari demensia?
B. Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan
penulisan ini adalah untuk:
1.
Tujuan
Umum
a. Mahasiswa
mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan demensia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep medis dari demensia definisi
dari kondom.
b.
Untuk mengetahui asuhan
keperawatan dari demensia?
D. Manfaat
1.
Mahasiswa mampu memahami konsep
dan asuhan keperawatan pada klien dengan demensia.
2. Mahasiswa
mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam
persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.Demensia adalah gangguan
kronis dengan awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. Demensia adalah
keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya
ingat dan daya pikir dan kemampuan kemampun tersebut menimbulkan gangguan
terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.Demensia dikenal sebagai keadaan organik
kronika atau sindroma otak kronika atau kegagalan otak.
B.
Epidemiologi
Laporan
Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah
7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian
kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu
populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan
meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85
tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah
demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.
Demensia
terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia
Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa
sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35%
disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan
30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
B. Etiologi
Demensia
disebabkan oleh :
a. Kondisi
akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan, bila kondisi akut yang menyebabkan
delirium atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa kondisi ini akan
menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai demensia.
b. Penyakit vaskular, seperti hipertensi,
arteriosklerosis, dan ateroklerosis dapat menyebabkan stroke.
c. Penyakit
Parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.
d. Penyakit
prion ( Protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt-Jakob).
e. Infeksi
human imuno defesiensi virus (HIV) dapat menyerang system saraf pusat, menyebabkan
ensefalopati HIV atau komlek demensia AIDS.
f. Gangguan
struktur jaringan otak, seperti tekanan normal hidrosefalus dan cedera akibat
trauma kepala
C. Patofisiologi
Penyakit
Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus demensia. Penyebab
spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetika
berperan dalam hal itu. Teori-teori lain yang pernah popular, tetapi saat ini
kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari aluminium, virus yang
berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau imun, atau defisiensi
biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur
abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang menderita penyakit Alzheimer:plak
amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan neurotransmitter
tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer
terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian
penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Amiloid
menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protei yang lebih
besar, protein precursor amiloid (amyloid precursor protein[APP]).
Keluarga-keluarga dngan awitan dini penyakit Alzheimer yang tampak
sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa diantaranya
mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi genAPP lainnya yang berkaitan dengan
awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi.
Terdapat peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya
alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan
serat-serat sel saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen
heliks. Peran spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti.
Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan untuk
mengirim pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter menyebabkan
pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada system saraf.
Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat sekalipun
pada penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada menunjukan bahwa
penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat selular, dengan atau menjadi
penanda molecular di sel-sel tersebut.
Demensia
multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi.
Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya,
berkembang menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak semua orang yang
menderita infark serebral multiple mengalami demensia. Dalam perbandingannya
dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark
mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi linear
pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan di antara
peristiwa-peristiwa serebrovaskular.
D. Klasifikasi
1.
Menurut umur:
a. Demensia senilis yaitu
demensia yang terjadi pada usia > 65 tahun.
b. Demensia prasenilis
yaitu demensia yang terjadi pada usia < 65 tahun.
2.
Menurut perjalanan penyakit:
a. Reversibel
b. Irreversibel ( normal pressure hidrosefalus,
subdural hematoma, vitamin B defesiensi, hipotiroidisme, intoksikasi PB).
3.
Menurut kerusakan struktur otak:
a. Demensia
tipe Alzheimer
Alzheimer adalah penurunan
konsentrasi asetilkolin dan kolin asetil transferase didalam otak dan merupakan
penyakit degenerative akibat kematian sel-sel otak dan umumnya menyebabkan
kemunduran fungsi intelektual atau kognitif, yang meliputi kemunduran daya
mengingat dan proses berfikir.prilaku yang dialami demensia ini adalah mudah
lupa atau pikun. Walaupun pennyebab demensia tipe Alzheimer belum diketahui
secara pasti, beberapa penelitian telah menyatakan bahwa sebanyak 40 % pasien
mempunyai riwayat keluarga menderita demensia tipe Alzheimer sehingga faktor
genetik sangat dianggap berperan dalam perkembangan gangguan didalam
sekurangnya beberapa kasus.
b. Demensia
non Alzheimer
c. Demensia
vascular
Penyebab
utama dari demensia vaskular adalah penyakit vaskular cerebral yang multipel
yang menyebabkan suatu pola gejala demensia, yang biasanya juga disebut
demensia multi infark. Demensia vascular ini sering terjadi pada laki-laki
khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya atau factor
resiko kardiovaskuler lainnya.
d. Demensia
Jisim Lewy (Lewy Body Dementia)
e. Demensia
Lobus frontal temporal
f. Demensia
terkait dengan HIV-AIDS
g. Morbus
Parkinson
h. Morbus
Hungtington
i. Morbus
Pick
j. Morbus
Jakob-Creutzfeldt
k. Sindrom
Gerstmann-Straussler-Scheinker
l. Prion
disease
m. Palsi
Supranuklear progresif
n. Multiple
sklerosis
o. Neurosifilis
p. Tipe
campuran
4. Menurut sifat klinis:
a. Demensia
propius
b. Pseudo-demensia
E. Manifestasi Klinik
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
a. gangguan daya ingat
b. Perubahan kepribadian
c. Orientasi
d. Gangguan bahasa
e. Psikosis
f. Mudah tersinggung, bermusuhan
g. Gangguan lain:
Psikiatrik, Neurologis, Reaksi Katastropik, Sindroma Sundowner
h. Kesulitan mengatur penggunaan
keuangan
i. Tidak bisa pulang kerumah jika berpergian
j. Perilaku yang inadekuat
k.
Rasa takut
l.
Curiga
m.
Mudah tersinggung
n.
Agitatif
o.
Hiperaktif
p.
Siaga tinggi ( hyperalet )
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan
memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala
serta adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis).
1. Dilakukan
pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk
menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke.
2. Otopsi
otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak
semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid
(sejenis protein abnormal).
3. Metode
diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan
pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang merupakan pemerisaan
skening otak khusus.
4. Antibodi: kadar
cukup tinggi (abnormal)
5. JDL,
RPR, Eletrolit, Pemeriksaan tiroid: dapat menentukan dan menghilangkan
disfungsi yang dapat di obati/kambuh kembali, seperti proses penyakit
metabolic, ketidakseimbangan cairan dan eletrolit, neurosifilis
6. B12: dapat
menentukan secara nyata adanya kekurangan nutrisi
7. Tes deksamentason
depresan (DST): utnuk menangani depresi
8. EKG:
mungkin tanpak normal, perlu untuk menentukan adanya insufisiensi jantung
9. EEG:
mungkin normal atau memperlihatkan beberapa gelombang (membantu dalam
menciptakan kelainan kotak yang masih dapat diatasi)
10. Sinar X tengkorak:
biasanya normal
11. Tes
penglihatan atau pendengaran: untuk menemukan adanya penurunan (kehilangan)
yang mungkin disebabkan oleh/kontribusi pada disorientasi, alam perasaan yang
melayang, perubahan persepsi sensori (salah satu dari gangguan kognitif)
12. Scans
otak, seperti PET, BEAM, MRI: dapat memperlihatkan daerah otak yang mengalami
penurunan metabolism yang merupakan karakteristik dari DAT.
13. Scan
CT: dapat memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar, adanya atrofik
kortikal
14.
CCS: munculnya protein abnormal dari sel otak sekitar 90% merupakan indikasi
adanya DAT.
G. Penatalaksanaan
1. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis
Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing
agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian
secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan
oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi
neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic
ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena
dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular.
2. Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan
hipokampus pada demensia Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan hubungannya
dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada
neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu
pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang
istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan
visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang
berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan
serebrospinal naik sampai 58 persen.
3. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin
dan ACTH perlu memperoleh perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat
semantik yang berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa
gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan
memperbaiki keadaan umum.
4. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances
ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer
goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin.
Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi
tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki
perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi
lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan
perilaku.
5. Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan
mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels menunjukkan pengaruh yang
kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan
saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif
yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara
sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan
demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang
mengidap hipertensi esensial
H. Pencegahan dan
Perawatan
Hal
yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,
seperti :
- Mencegah
masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat
adiktif yang berlebihan
- Membaca
buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
- Melakukan
kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
·
Kegiatan
rohani & memperdalam ilmu agama.
·
Tetap
berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan
minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha
untuk tetap relaks dalam kehidupan
sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
- Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis
kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
- Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan
klien datang berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah
kesadaran menurun.
- Faktor predisposisi
Menemukan gangguan jiwa yang ada sebagai dasar
pembuatan diagnosis serta menentukan tingkat gangguan serta menggambarkan
struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayat dan perkembangan
gangguan jiwa yang terdapat. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat
diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan
intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan
jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial,
sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta
ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau
nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi
jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak
dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus,
endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).
- Pemeriksaan fisik
Kesadran yang menurun dan sesudahnya terdapat
amnesia. Tensi menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang
menurun dan tidak mau makan.
5. Psikososial
a. Genogram Dari hasil penelitian
ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh lebih tinggi dari kembar dizigot .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar